TransJakarta Busway menciptakan banyak kontroversi bahkan ketika baru direncanakan. Namun dalam pelaksanaannya tidak dapat dipungkiri bahwa TransJakarta Busway adalah solusi efektif atas masalah transportasi dan kemacetan di Jakarta. Tidak hanya itu, dari TransJakarta Busway kita bisa menikmati suguhan pemandangan kekayaan alam yang ada di Jakarta – terutama yang paling terkenal di musim penghujan, SUNGAINYA!
Gambar ini adalah gambar sebuah sungai di belakang halte Latuharhari (koridor 6). Keadaanya – sejujurnya – cukup menyedihkan. Sampah dimana – mana, tidak hanya di sekitarnya tapi di sungainya pula.
Gambar ini diambil dari halte busway setelah Latuharhari yang ke arah Dukuh Atas 1. Sungai ini namanya Banjir Kanal. Gambar ini diambil sehari setelah hujan jadi agak tinggi airnya. Di gambar ini kelihatannya masih biasa saja. Tapi . . .
Perhatikan tempat sampah yang sampahnya jatuh ke sungai. Sungai yang mengalir cukup deras itu juga membawa sampah. Sayang. Padahal dulu – di zaman Hindia Belanda – kapal bisa melewatinya.
Gambar ini diambil dari belakang gedung Landmark, Sudirman (dekat halte Dukuh Atas 2). Gambar ini “netral” – tidak buruk dan tidak indah juga. Tetapi serangkaian foto dibawah adalah ketika lensa kamera di-zoom.
Sekali lagi, sampah. Bahkan air ini dipenuhi dengan sampah dimana – mana. Di sekeliling Banjir Kanal, penuh dengan warung – warung makan dan tempat mangkal taksi, tapi itu bukan alasan untuk ‘menyampahi’ sumber daya alam ini.
Ketiga foto di atas diambil di halte Tomang, di depan Mal Ciputra. Saking banyaknya sampah sampai ada pemulungnya yang memungut.
Menurut Wikipedia Indonesia, pengertian sungai adalah jalan air alami. Menurut sebuah modul pelajaran Geografi, sungai adalah bagian permukaan sungai yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.
Di Jakarta terdapat 13 sungai yang mengalir di sektarnya. Sungai / kali itu semua didesain untuk menanggulangi banjir serta untuk transportasi. Sekarang, banyak sungai yang melewati perkampungan, perumahan, ataupun pemukiman kumuh yang sudah menjadi satu dengan sungai.
Sudah sejak zaman dahulu, di daerah sekitar sungai selalu ditemukan kehidupan karena air adalah sumber kehidupan yang sangat esensial. Dimana terdapat air, makhluk hidup secara otomatis tertarik untuk hidup. Di zaman purbakala, kelompok – kelompok manusia purba tinggal karena mudah mencari makan (hewan – hewan tertarik pada sungai maupun untuk irigasi pertanian).
Fungsi sungai di Jakarta, seperti telah disebutkan di atas, adalah untuk pengendalian banjir – terutama ynag sudah “langganan” di Jakarta. Tetapi, masyarakat – tidak hanya yang disekitar sungai – memperlakukan sungai sebagai sebuah tempat sampah besar yang akan mengalirkan sampah jauh jauh dari kita. Tapi tidak!
Di luar itu, masyarakat juga menggunakan sungai tanpa melihat dampak jangka panjang ke depannya. Apabila daerah aliran sungai (DAS) rusak – apalagi akibat campur tangan jahil manusia – dapat berdampak pada meluapnya air sungai dan kemudian banjir, sehingga sungai yang ada untuk mengendalikan banjir justru menyebabkan banjir.
Menurut artikel di website Kompas, masyarakat meminta pemerintah untuk mengeruk kali untuk menghindari banjir yang besar. Tetapi, tidak bisa masyarakat hanya bergantung pada pemerintah untuk mengurus masalah yang mungkin “bukan saya kok yang buang sampah”.
Sumber daya alam, seperti sungai, adalah tanggung jawab bersama – seluruh masyarakat – untuk menjaga, mempertahankan, serta melestarikan semua yang ada. Manusia diberi kuasa untuk memanfaatkan apa yang tersedia dan semua hak yang didapat datang dengan kewajiban serta tanggung jawab.
LAURENZIA LUNA XI IPS 1.19 – KOLESE GONZAGA
________________________________________________________________________
posting ini adalah tugas Geografi dari Pak Alex guru Geografi kelas XI dan XII Kolese Gonzaga.
semua gambar yang ditempel di atas adalah hasil jepretan pribadi.
terimakasih, L.